Bagikan:

JAKARTA - Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi situasi kritis atau keadaan gawat darurat kesehatan, pelatihan penanganan kegawatdaruratan digelar di lingkungan padat penduduk, seperti Kota Tangerang.

Kegiatan ini menyasar warga di tingkat RT/RW agar mampu memberikan pertolongan pertama saat terjadi kondisi darurat medis di sekitar mereka.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang menjadi penggagas kegiatan ini dengan menyelenggarakan pelatihan dan edukasi di wilayah RW 10, Kelurahan Pabuaran Tumpeng, Kecamatan Karawaci. Kepala Dinas Kesehatan, Dini Anggraeni, menjelaskan bahwa kondisi gawat darurat bisa terjadi kapan saja tanpa peringatan, dan memerlukan respons cepat untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kecacatan.

“Darurat medis tidak memilih tempat. Bisa saja terjadi di rumah, di jalan, atau di ruang publik. Karena itu, masyarakat perlu tahu apa yang harus dilakukan dalam detik-detik pertama sebelum tenaga medis datang,” ungkapnya di sela pelatihan, Rabu (tanggal kegiatan).

Pelatihan ini diikuti oleh puluhan warga bersama perwakilan pengurus lingkungan setempat. Fokus utama kegiatan adalah memberikan pemahaman dasar tentang tindakan cepat dan tepat dalam menangani situasi darurat medis, termasuk bagaimana memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Peserta diajarkan teknik pertolongan pertama pada kondisi seperti kecelakaan rumah tangga, henti jantung, kehilangan kesadaran, hingga penanganan luka berat. Selain materi teori, simulasi praktis juga diberikan untuk memperkuat pemahaman warga.

“Lingkungan padat penduduk memiliki risiko tinggi terhadap berbagai kejadian darurat. Maka pelatihan semacam ini sangat penting agar warga bisa berperan sebagai penolong pertama sebelum layanan gawat darurat tiba,” kata Dini.

Dinkes Kota Tangerang berharap pelatihan ini dapat menciptakan komunitas yang lebih siap dalam menghadapi kondisi darurat. Pengetahuan dan keterampilan dasar tersebut diharapkan dapat menekan angka kematian atau kecacatan yang disebabkan oleh keterlambatan penanganan awal.

“Kami berharap apa yang dipelajari warga hari ini bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Respons cepat masyarakat bisa jadi pembeda antara hidup dan mati dalam situasi kritis,” pungkasnya.